Dobrak.id – Kepala Eksekutif Saudi Aramco, Amin Nasser mendesak para pemimpin dunia untuk terus berinvestasi di bahan bakar fosil. Bos produsen minyak terbesar di dunia itu berasumsi bahwa dunia bisa beralih ke energi bersih dalam semalam adalah logika berfikir yang sangat cacat.
Nasser dalam sambutannya di Kongres Minyak Dunia di Houston, Texas, mengklaim bahwa transisi ke bahan bakar yang lebih bersih terlalu cepat dapat memicu inflasi yang tidak terkendali dan gejolak sosial, dan pada akhirnya mengubah target emisi negara untuk mengekang polusi karbon.
“Saya mengerti, mengakui secara terbuka bahwa minyak dan gas akan memainkan peran penting dan signifikan selama transisi dan seterusnya akan sulit bagi sebagian orang,” kata Nasser selama konferensi yang berfokus pada strategi dan teknologi rendah karbon, disadur detikcom dari CNBC, Selasa (7/12/2021).
“Tetapi mengakui kenyataan ini akan jauh lebih mudah daripada berurusan dengan kerawanan energi, inflasi yang merajalela, dan kerusuhan sosial karena harga menjadi sangat tinggi, dan melihat komitmen net-zero (nol emisi karbon) oleh negara-negara mulai terurai,” lanjutnya.
Pernyataan Nasser terucap di tengah meningkatnya tekanan pada industri minyak dan gas untuk membatasi eksplorasi dan produksi bahan bakar fosil dan beralih ke pengembangan energi terbarukan, karena negara-negara menetapkan target pengurangan emisi karbon baru untuk memerangi perubahan iklim.
Badan Energi Internasional pada bulan Mei memperingatkan bahwa investasi dalam proyek minyak dan gas baru harus segera dihentikan. Tujuannya agar dunia mencapai nol emisi karbon pada tahun 2050 dan menghindari konsekuensi terburuk dari perubahan iklim.
Menjaga suhu global agar tidak melebihi 1,5 derajat Celcius dari pemanasan mendesak dunia untuk memangkas emisi gas rumah kaca hampir setengahnya dalam dekade berikutnya dan mencapai nol emisi karbon pada tahun 2050, menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim.
Bumi telah menghangat sekitar 1,1 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan diperhitungkan kenaikan suhu 2,4 derajat Celcius pada tahun 2100.
Tetapi para pemimpin energi dunia lainnya di konferensi tersebut, termasuk kepala eksekutif Exxon dan Chevron, juga berpendapat bahwa permintaan minyak dan gas akan tetap tinggi di tahun-tahun mendatang meskipun ada upaya untuk transisi ke ekonomi energi bersih.
“Minyak dan gas terus memainkan peran sentral dalam memenuhi kebutuhan energi dunia, dan kami memainkan peran penting dalam menyediakannya dengan cara yang lebih rendah karbon,” kata CEO Chevron Mike Wirth di konferensi tersebut.
Exxon pada hari Senin mengumumkan rencana untuk mencapai nol emisi karbon dari operasinya di ladang minyak dan gas di Texas Barat dan New Mexico pada tahun 2030. Itu sebagai bagian dari upaya untuk membatasi emisi di seluruh bisnisnya. Selama konferensi, CEO perusahaan Darren Woods menekankan kebutuhan bahan bakar fosil yang berkelanjutan di tengah transisi energi bersih.
“Faktanya tetap, di bawah skenario yang paling kredibel, termasuk jalur net-zero, minyak dan gas alam akan terus memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Woods.
Permintaan bahan bakar fosil di seluruh dunia melonjak tajam tahun ini karena ekonomi dunia pulih dari pandemi virus Corona. Dan emisi karbon global dari pembakaran bahan bakar fosil diperkirakan akan meningkat menjadi 36,4 miliar ton tahun ini dibandingkan dengan tahun 2020, atau meningkat sebesar 4,9%.
Presiden Joe Biden bulan lalu mengumumkan bahwa AS, berkoordinasi dengan China, India, Jepang, Korea Selatan dan Inggris akan memanfaatkan Cadangan Minyak Strategis dan melepaskan 50 juta barel dalam upaya untuk menenangkan kenaikan pesat harga bahan bakar tahun ini.
“Meskipun mungkin ada penolakan atas pernyataan saya hari ini, saya tahu bahwa jika kita tidak berbicara sebagai sebuah industri, tidak ada orang lain yang akan mewakili kita,” kata Nasser
Sumber Artikel : detik.com